Kamis, 28 Juli 2016

Pria Nakal itu Tidak Merasa Bersalah


Setiap mendengar opini para feminis menyikapi kasus pelecehan seksual, ada perasaan menggelitik dalam hati. Hemat saya, opini para feminis yang bisa diartikan : wanita bebas telanjang tanpa boleh dilecehkan, terdengar terlalu utopis. Itu seperti kisah Kerajaan Sima kuno di mana emas yang jatuh di jalanan tidak ada yang berani yang megambil selain para pemiliknya. Mungkinkah?

Saya dibesarkan oleh keluarga baik-baik dengan lingkungan yang juga baik-baik, tidak merokok apalagi mabok. Tapi jalan hidup membuat saya berkenalan dengan para "lelaki nakal", mendengar cerita mereka yang terdengar kriminal tanpa mereka merasa bersalah. Kusimpulkan bahwa : mereka tidak merasa bersalah karena mereka berbuat nakal pada wanita yang "pantas dinakali". Sebelum kamu protes, dengarkan beberapa kisah ini.

Benerapa tahun lalu saya sempat merantau dan bekerja di perkebunan akasia. Para pekerja di sana mayoritas punya hobi di saat senggang mereka : menelepon janda. Mereka ini dengan usia beragam, ada pria dewasa yang sudah menikah hingga remaja tanggung. Sebagai hiburan, kata mereka. Dan salah satu kesenangan mereka adalah adalah memalak pulsa. Terdengar sebagai kriminalitas ringan. Tapi dari sini terlihat pola pikir mereka : janda boleh diperlakukan seperti itu.

Cerita berikutnya. Ada pria yang membuatku tertarik. Penampilannya terlihat tampan, muda dan smart. Orang baik-baik, pikirku. Hingga dia bercerita yang membuatku terhenyak. Pada suatu ketika dia suka pada seorang gadis tapi ditolak. Dia pun berpikir, apakah karena tunggangannya cuma motor butut? Lalu dia mengambil tabungannya, menyewa mobil, mengajak gadis itu jalan, dan diterima. Rupanya gadis itu dibawa ke hotel, dijual. Uangnya cukup untuk membayar sewa mobil dan foya-foya, katanya. Saat gadis itu sambil menangis protes kepadanya, "kok kamu tega?", dan dijawab ringan "cewek matre kayak kamu pantas diperlakukan seperti ini".

Cerita selanjutnya, saya pulang kampung dan bekerja di gudang. Rekan kerja saya punya hobi sama seperti yang dulu, menelepon janda. Teman punya cerita sedih, saat remaja cinta pertamanya ditolak. Sejak itu dia suka mabok-mabokan dan "memetik bunga". Tapi bukankah selama dilakukan suka sama suka bukanlah tindak kriminal? Hanya saja sebelum keluar kerja, dia nyerempet-nyerempet bahaya. Bermain dengan istri orang.

Lalu kisah lain. Bahwa ada kimcil yang dijual saudaranya. Dia butuh uang untuk bayar SPP karena uang itu habis untuk bersenang-senang. Ada lagi yang bercerita tentang bisyar yang bikin keki, lalu dipakai, bajunya diambil, dan ditinggalkan telanjang.

Moral of story, pria-pria ini tidak merasa bersalah karena mereka merasa kalau
perempuan itu pantas diperlakukan seperti itu. Para perempuan bisa menyalahkan mereka, atau belajar menjaga diri.

Sekian.