Belakangan di dunia twitter terjadi perdebatan sengit. Pokoknya masalahnya adalah Fahira Idris, anggota DPD, menulis kultwit yg menolak pemimpin non muslim. Sejumlah pihak menyayangkan isi twitnya itu, apalagi kultwit tersebut dihiasi dengan tagar #PropagandaLiberal.
Penulis pada awalnya malas mengikuti, tapi komentar-komentar yang terus bermunculan membuat rasa kepo menyeruak. Untuk mencari tahu, penulis mengklik tagar #PropagandaLiberal dan hasilnya cukup mengejutkan. Di urutan teratas hasil pencarian yang muncul bukanlah akun @fahiraidris melainkan @hafidz_ary. Anehnya, setelah saya cek ternyata beberapa akun (yang dari bio dan isi twitnya berafiliasi dengan kelompok tertentu) menulis kultwit yang sama serentak pada waktu bersamaan. Belakangan hal ini saya ketahui dinamakan twitmob.
Pertanyaan yang menyeruak tentu saja : siapa penulis asli kultwit tersebut? Apa tujuannya? Dan hal yang paling penting menurut penulis adalah : kenapa seorang anggota DPD bisa ikut-ikutan twitmob? Apakah karena dia sudah membaca, suka lalu menyebarkannya? Tapi etikanya, jika kultwit tersebut adalah karya orang lain maka hendaknya di-RT bukan ditulis ulang tanpa menyebutkan sumbernya. Kemungkinan lainnya, akun @fahiraidris memakai admin? Tapi selama ini tidak pernah ada pernyataan kalau akun tersebut memakai admin. Cuitan-cuitan tanggapan juga menegasikan kalau akun tersebut diretas atau dipakai tanpa ijin.
Sampai di sini pertanyaan penulis belum ada yang terjawab. Sumber pertama dan tujuan belum bisa diketahui dengan pasti. Tapi menurut pendapat penulis, ada ideologi yang coba ditanamkan lewat twitmob tersebut, yang sayangnya dengan cara-cara yang tidak elegan. Berikut tanda-tanda yang penulis tangkap :
1. Menciptakan musuh bersama yang membuat target merasa tidak aman. Ini membuat target akan kehilangan rasionalitas, meningkatkan kecurigaan, dan pada akhirnya mencari perlindungan kepada lingkungan yang dia anggap teman. Musuh bersama dalam twitmob tersebut dikatakan seolah-olah akan membahayakan kehidupan muslim.
2. Pemisahan identitas. Dalam twitmob tersebut, identitas musuh bersama adalah "kaum liberal" sementara identitas penulis twitmob dan targetnya adalah "muslim". Ini gampang dipahami bahwa kaum muslim sebagai mayoritas di Indonesia mencoba dirangkul untuk mengikuti ideologi tertentu. Ideologi apa? Ideologi yang diberi identitas "tidak liberal".
Identitas bisa menjadi pemersatu sekaligus pemecah. Seorang Rio Haryanto yang menjalani debut di F1 menjadi milik orang-orang yang merasa memiliki identitas sama, identitas sebagai warga Indonesia. Tapi di lain waktu mungkin orang-orang akan memusuhi Rio karena perbedaan identitas, identitas dalam agama, suku, ras, pilihan politik atau gender. Hal ini yang menjadi anjuran untuk pembaca sekalian. Pahami identitas diri kalian sendiri. Dan identitas paling hakiki kita semua adalah MANUSIA. Kita semua adalah manusia yang berhak untuk hidup aman dan damai tanpa diskriminasi.
Salam